Muqoddimah PSHT


Bahwa sesungguhnya hakekat hidup itu berkembang menurut kodrat iramanya masing-masing menuju kesempurnaan; demikian pun kehidupan manusia sebagai mahkluk Tuhan yang terutama, hendak menuju keabadian kembali kepada causa prima titik tolak segala sesuatu yang ada, melalui tingkat ke tingkat namun tidak setiap insan menyadari bahwa apa yang dikejar-kejar itu telah tersimpan menyelinap di lubuk hati nuraninya.
SETIA HATI sadar menyakini akan hakiki hayati itu dan akan mengajak serta para warganya menyingkap tabir/tirai selubung hati nurani dimana “SANG MUTIARA HIDUP” bertahta.
Pencak silat salah satu ajaran SETIA HATI dalam tingkat pertama berintikan seni olah raga yang mengandung unsur pebelaan diri untuk mempertahankan kehormatan, keselamatan dan kebahagiaan dari kebenaran terhadap setiap penyerang; dalam pada itu SETIA HATI sadar dan yakin bahwa sebab utama dari segala rintangan dan malapetaka serta lawan dari kebenaran hidup yang sesungguhnya bukanlah insan, mahkluk atau kekuatan yang diluar dirinya; Oleh karena itu pencak silat hanyalah suatu syarat untuk mempertebal kepercayaan kepada diri sendiri dan mengenal diri pribadi
Maka SETIA HATI pada hekekatnya tanpa mengingkari segala martabat-martabat keduniawian, tindak kandas/tenggelam pada jajaran Pencak Silat sebagai pendidikan ketubuhan saja, melainkan lebih menyelami kedalam lambang pendidikan kejiawaan untuk memiliki sejauh-jauh kepuasan hidup abadi 
lepas dari pengaruh rangka dan suasana.
Sekedar syarat bentuk lahir, disusunlah Organisasi dalam rangka “Persaudaraan Setia Hati Terate”, sebagai ikatan antara saudara “SETIA HATI” (SH) dan lembaga yang bergawai sebagai pembawa dan pemancar cita.
'' SEPIRO GEDENE SENGSORO YEN TINIMPO AMUNG DADI CUBO ''

'' MEMAYU HAYUNING BAWONO ''


'' SAK APIK - APIK WONG PITULUNG KANTI DEDEMITAN ''

Falsafah PSHT :
  • Manusia Dapat Dihancurkan
  • Manusia Dapat Dimatikan
  • Tetapi Manusia Tidak Dapat Dikalahkan, Selama Manusia Itu Masih Setia Pada Hatinya Sendiri Atau Ber-SH.
"Papat Kiblat limo pancer dumununging sedulur tuwo kadang taruno kang den rekso dening kakang kawah adi ari-ari" "sejatining kang den wastani sedulur sejati yoiku kadang kang nora bakal tego ing pati nadyan tego agawe piloro...menang sawenang-wenang dudu satrio kondang ananging manungso bombong kang tansah adigang adigung adiguno sesongaran sopo ingsun sopo siro ngumbar suoro tanpo rupo keladuk wani kurang dugo nora nduwe toto kromo pencilakan koyo buto gela-gelo sajak gembelo.....kang sejatine adoh soko pranatining ngelmu waluyaning jagad...sopo kang suci adoh soko beboyo pati...menang tanpo ngasorake...sepiro gedening sangsoro yen tinompo amung dadi cobo...ngudhi luhuring budhi mukti kang ginayuh luhur kang kahesti...iku sejatining kang kudu dumunung dadi patraping jalmo ing ngarco podo kapurih biso HAMEMAYU HAYUNING BAWONO ojo rumongso biso hananging biso o rumongso... tresno sejati iku dudu duweking manungso haninging mung gusti kang murbeng dumadi kang handarbeni."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Di Isi ya.